Aspek Medis Selam
Snorkeling(Skin Diving)
Snorkeling
merupakan kegiatan dasar yang harus dikuasai seorang calon penyelam.
Ini bertujuan untuk melatih pernapasan menggunakan mulut dan gerakan
kaki yang berguna pada saat penyelam.
Yang harus diperhatikan dalam snorkeling yaitu:
1. Dead Air Space
Pada umumnya snorkel yang dipakai
penyelam tidak lebih dari 30 cm panjangnya. Hal ini untuk menghindari
Dead Air Space atau volume ruang udara mati yang mengakibatkan udara
hanya bergerak di daerah itu saja dan tidak ke lingkungan bebas.
Sehingga bertambah panjang snorkel akan bertambah besar ruang udara
mati.
2. Kekurangan Oksigen (Hypoksia)
Seorang penyelam skin yang berusaha
menahan napas untuk dapat berada di dalam air lebih lama, apabila
dipaksakan mengakibatkan penyelam akan mengalami kekurangan oksigen
(anoksia) sehingga jaringan tubuh tidak mendapat O2.
3. Shallow Water Blackout
Pingsan di air dangkal. Hal ini
dikarenakan penyelam melakukan hiperventilasi berlebih sehingga kadar
karbondioksida menurun tajam dan selama penyelaman tubuh mengalami
hipoksia sedangkan respon/keinginan tubuh untuk bernapas belum ada.
Hiperventilasi
adalah upaya penyelam untuk memperpanjang tahan napas pada skin diving
dengan bernapas dalam dan berlebihan. Hal ini dilakukan penyelam skin
untuk bertahan napas lebih lama dengan mengurangi/membuang gas CO2.
Sebenarnya cara ini berbahaya karena jika kadar CO2 turun, maka tidak
akan terjadi perangsangan untuk bernapas ke permukaan.
Penyelam skin yang melakukan over
hiperventilasi di permukaan dan kemudian menyelam pada kedalaman 10
feet (10 m) akan mengalami peningkatan tekanan parsial O2 dalam darah
dari 3 psi ke 6 psi. Bila diteruskan ke yang lebih dalam lagi sehingga
melewati batas dimana CO2 telah memberikan peringatan untuk muncul.
Dikarenakan CO2 kurang saat hiperventilasi, sedangkan O2 yang digunakan
sudah pada titik rendah ½ psi yang pada akhirnya CO2 menumpuk hingga
batasnya dan penyelam akan muncul ke permukaan.
Sesampainya
di permukaan, peredaran darah menurun dan O2 menjadi nol, maka
akibatnya akan pingsan dekat permukaan. Biasanya penyelam pingsan
karena anoxia (kehabisan O2).
Gejalanya yaitu denyut nadi dan tekanan darah meningkat, biru pada bibir, jari dan kaki, serta pingsan.
Segera berikan udara segar/O2 murni dan jika pingsan berikan pernapasan mulut ke mulut.
Untuk
itu bila penyelam melakukan snorkeling/ skin diving, bernapas dalam dua
kali sudah cukup untuk menyelam secara efisien. Jangan melakukan
hiperventilasi dan hindari menahan napas melewati peringatan CO2. Untuk
penyelam scuba jangan melakukan hiperventilasi.
4. Squeeze Paru
Merupakan barotrauma yang sangat
jarang yang bisa terjadi pada breath hold diving/skin diving. Penyelam
mengalami sesak napas setelah mencapai permukaan dari kedalaman >
100 FSW. Dapat disertai dengan batuk berdarah/berbuih dan harus
diberikan oksigen. Gejala tersebut menurun dalam beberapa hari.
Hal
ini terjadi ketika penyelam turun ke kedalaman dimana Volume Total Paru
(TLV) berkurang kurang dari Volume Residu (RV), pada poin itu tekanan
transpulmonal melebihi tekanan alveoli, hal ini akan menyebabkan
pengeluaran cairan dan darah membuat penyelam sesak napas.
Penyelam
normal dengan TLV 6 liter dan RV 1,2 L hanya dapat menyelam hingga
tekanan 5 ATA (132 FSW) , lebih dalam dari itu akan mengalami squeeze
paru. Akan tetapi beberapa penyelam dapat menyelam lebih dari itu tanpa
masalah.
SCUBA Diving
Efek dan Bahaya Perubahan Tekanan pada Tubuh
Karena adanya perbedaan tekanan di
kedalaman air, maka penyelam yang menyelam ke dalam akan mengalami efek
langsung tekanan air. Untuk itu diperlukan equalisasi yaitu penyesuaian
tekanan.
1. Efek Langsung Tekanan
Pada tubuh manusia terdapat
rongga-rongga udara dan apabila untuk menyelam akan mengalami tekanan
langsung yang dapat berpengaruh terhadap rongga-rongga tersebut.
Rongga
tersebut yaitu kulit (jika memakai dry suit), lubang telinga dan
telinga tengah, sinus, gigi, paru-paru, dan saluran pencernaan.
Ketidakseimbangan tersebut akan
menyebabkan barotrauma yang dapat berupa squeeze, kerusakan organ, atau
minimal menimbulkan rasa sakit dan rasa tidak nyaman. Squeeze adalah
pengerutan jaringan tubuh akibat dari tidak dapatnya jaringan tubuh
menyamakan tekanan atau equalisasi.
Mask Squeeze
Terjadi pada saat penyelam lupa
mengeluarkan udara ke dalam masker pada saat equalisasi sehingga
terbentuk tekanan negatif pada ruangan masker. Hal ini mengakibatkan
kapiler darah di muka rusak dan menyebabkan pendarahan ke dalam kulit
(ecchymosis) dan pendarahan konjungtiva.
Squeeze Lubang Telinga
Terjadi karena adanya udara yang terperangkap di dalam lubang telinga. Udara tersebut dapat terperangkap karena:
- Serumen (kotoran telinga).
- Earplug (tidak boleh dipakai dalam penyelaman)
- Hood atau penutup kepala.
- Wet suit/dry suit yang menutup telinga.
Hal
ini menyebabkan terbentuknya ruang bertekanan negatif sehingga dapat
menyebabkan hal yang sama. Gejala meliputi sakit pada telinga,
pembengkakan, kemerahan kulit lubang telinga. Pada kasus yang parah
dapat terjadi robek gendang telinga.
Squeeze Sinus (Barosinusitis)
Mekanismenya sama dengan squeeze
lain. Jika pada saat turun ke dalam. Jika terdapat sumbatan pada
saluran sinus akan menyebabkan sinus squueze. Sumbatan ini disebabkan
oleh:
- Sinusitis (infeksi/alergi) dimana pembengkakan jaringan menyebabkan penyumbatan saluran ke hidung.
- Rhinitis (hay fever), prosesnya sama dengan sinusitis.
- Polip, yaitu pertumbuhan jaringan kecil yang dapat menutupi saluran sinus. Polip terdapat pada rongga hidung.
- Lipatan jaringan yang berlebihan.
- Sumbatan oleh lendir yang mengering.
Gejalanya yaitu rasa sakit di wajah, kening, atau pipi selama menyelam.
Tipe yang jarang yaitu reverse sinus squeeze
yang terjadi pada saat naik ke permukaan. Kondisi ini diakibatkan
karena tingginya tekanan udara dalam sinus. Ini biasanya terjadi pada
penyelam yang mengalami infeksi saluran pernapasan atas atau alergi
berat yang minum obat dekongestan (mengurangi produksi cairan) sesaat
sebelum menyelam, tetapi efek obat tersebut hilang setelah menyelam di
kedalaman.
Pencegahan
barosinusitis atau squeeze sinus yaitu dengan tidak menyelam pada saat
terkena infeksi saluran napas atas atau hal-hal lain yang dapat
mengakibatkan penutupan saluran sinus.
Squeeze Gigi (Barodontalgia)
Nama lainnya yaitu aerodontalgia.
Kondisi ini disebabkan karena adanya gas yang terperangkap di dalam
gigi atau struktur sekitar gigi. Adanya gas akan mengakibatkan
terbentuknya tekanan negatif atau positif di dalam ruangan yang
terbatas. Hal ini akan merangsang struktur sensitif gigi
danmengakibatkan rasa sakit. Barodontalgia dapt disebabkan oleh kondisi
sebgai berikut.
- Karies (karang gigi).
- Restorasi gigi (penambalan gigi).
- Luka di daerah mulut.
- Cabut gigi (belum lama).
- Abses periodontal (kumpulan nanah dekat jaringan gigi).
- Terapi pada akar gigi.
Jika terdapat sekumpulan udara
tertangkap di gigi pada tekanan permukaan laut, tekanan di luar gigi
akan meningkat pada penyelaman, maka gigi akan pecah ke arah dalam, dan
ruangnya akan terisi darah.
Kebalikannya, jika kumpulan udara
terbentuk selama di kedalaman, jika bergerak ke permukaan volumenya
akan meningkat sesuai hukum Boyle yang mengakibatkan gigi pecah ke arah
luar.
Untuk mencegah barodontalgia, setiap penyelam harus menunda penyelaman sedikitnya 24 jam setelah terapi/tindakan pada gigi.
Squeeze Telinga Tengah (Barotitis Media)
Tingkat kejadian squeeze telinga tengah sangat tinggi sekitar 40 % dialami oleh para penyelam.
Hal
ini terjadi jika terdapat sumbatan yang menghalangi equalisasi rongga
di telinga tengah yang disebabkan oleh tersumbatnya saluran tuba
eustachius.
Tersumbatnya saluran tuba eustachius dapat disebabkan oleh:
- Infeksi saluran napas atas.
- Allergi.
- Rokok.
- Polip.
- Trauma wajah yang dialami sebelumnya.
Dapat juga terjadi jika penyelam lupa melakukan equalisasi dengan cara Manuver Valsava dan Frenzel.
- Manuver Valsalva yaitu meniup udara melawan dengan bibir dan
hidung tertutup dan lidah ke arah belakang untuk meningkatkan tekanan
rongga faring yang diteruskan ke dalam telinga tengah melalu tuba
eustachius. Manuver ini juga dapat membuka tuba eustachius yang
tertutup. Biasa disebut mengedan.
- Manuver Frenzel yaitu dengan menelan dengan lidah ke belakang dimana bibir ditutup dan lubang hidung di tekan (memencet hidung).
Biasanya penyelam sudah mengalami
sedikit rasa sakit pada perbedaan tekanan 60 mmHg. Manuver ini baik
dilakukan pada kedalaman 4 feet. Jika penyelam tidak melakukan
equalisasi dengan manuver ini pada perbedaan tekanan lebih dari 100-400
mmHg (4,3-17,4 feet) maka akan terjadi squeeze yang dapat mengakibatkan
robek gendang telinga. Air dingin kemudian masuk ke telinga tengah dan
menyebabkan vertigo.
Gejalanya
terjadi sesaat penyelam turun dari permukaan air. Penyelam juga
mengeluh rasa sakit dan rasa penuh dalam telinga atau mengalami
vertigo. Sakitnya semakin parah sehingga penyelam dapat meneruskan atau
menghentikan penyelaman.
Pencegahannya dengan selalu equalisasi setiap turun ke kedalaman.
Barotrauma Telinga Dalam
Merupakan barotrauma yang sangat
serius karena akan menyebabkan ketulian permanen. Barotaruma ini jarang
terjadi. Trauma ini terjadi karena perbedaan tekanan yang bermakna
antara telinga tengah dan telinga dalam. Hal ini disebabkan terlalu
kuatnya manuver Valsava atau turun ke dalam terlalu cepat.
Gejalanya
utama yaitu berdenging, vertigo, dan tuli. Dapat juga disertai rasa
penuh pada telinga, mual dan muntah, berkeringat, dan pucat. Gejala ini
bisa timbul segera setelah trauma atau dapat berkembang dalam 1 jam,
tergantung aktivitas penyelam selama dan sesudah penyelaman.
Alternobaric Vertigo
Merupakan barotaruma yang sangat
jarang. Terjadi pada saat naik ke permukaan yang disebabkan karena
perubahan tekanan tiba-tiba pada telinga tengah yang menyebabkan
perangsangan ke telinga dalam dan menyebabkan vertigo. Vertigo ini
hanya sebentar dan tidak memerlukan penanganan dapat membuat penyelam
panik, yang dapat mengakibatkan tenggelam, kerusakan paru, atau emboli
udara, atau trauma lain yang sangat serius.
Gejalanya yaitu kehilangan orientasi terhadap sekeliling dan tiba-tiba mual sekali. Pencegahannya yaitu:
- Jangan memaksakan diri bilamana rasa sakit menetap.
- Jangan melakukan penyelaman terlalu dalam dan hentikan penyelaman.
- Jangan menyelal sewaktu kepala sakit/pusing.
Bila mengalami hal ini berhenti atau
berpegang pada sesuatu sampai perasaan itu hilang. Jangan muncul
kepermukaan selama masih ada reaksi dan bernapas dengan wajar.
Aerogastralgia (Gastrointestinal Barotrauma)
Hal ini sering terjadi pada penyelam
yang masih baru. Karena saluran pencernaan lunak, adanya gas di dalam
usus selama turun ke dalam tidak menyebabkan barotaruma. Tetapi adanya
pengumpulan gas selama di kedalaman akan menyebabkan barotrauma pada
saat naik. Hal yang mengakibatkannya yaitu:
- Manuver Valsava yang berlebihan, atau yang berulang-ulang
terutama pada posisi kepala di bawah yang mengakibatkan udara terdorong
ke lambung.
- Mengunyah permen karet selama penyelaman.
- Memakan banyak ubi-ubian atau minum minuman berkarbonasi sesaat sebelum menyelam.
Gejalanya yaitu rasa penuh pada
perut, sakit pada perut, sering bersendawa, atau buang angin. Hal yang
serius jika terjadi perangsangan saraf yang menyebabkan jantung lemah
berkontraksi dan penekanan pada vena oleh usus, tapi hal ini jarang.
Squeeze Kulit
Squeeze kulit jarang terjadi. Jika
pada area kulit penyelam ada kumpulan udara yang terperangkap pada
lipatan/lekukan dry suit. Selama penyelaman tekanan negatif terjadi
pada area tersebut, sehingga menyebabkan pembuluh darah kapiler kulit
pecah dan darah keluar mengisi ruang tekanan negatif. Kulit berwarna
kemerahan. Tidak memerlukan perawatan dan sembuh dalam beberapa
hari/minggu.
Pengaruh Tekanan Sewaktu Muncul ke Permukaan
Pengembangan Paru Melewati Batas, Pulmonary Barotrauma of Ascent (Pulmonary OverPressurization Syndrome) atau POPS
Pengembangan
melewati batas pada paru-paru dapat terjadi pada penyelam yang menyelam
yang melewati tekanan lebih, dengan menahan napas tiba-tiba muncul di
permukaan yang lebih rendah, yang akan memecahkan alveoli (ingat hukum
Boyle).
Gelembung akibat
pecahnya alveoli bergerak ke bagian tubuh lain dan gejalanya tergantung
dari lokasi dan volume udara yang masuk. Manifestasinya yaitu:
- Mediastinal emphysema
- Subcutaneous emphysema
- Pneumothorax
- Emboli udara
Biasanya penyelam melakukan hal ini
karena kehabisan udara, panik, mengalami bouyancy positif secara
tiba-tiba seperti melepas sabuk pemberat atau inflasi BC secara cepat.
Hal
ini mengingatkan penyelam untuk bernapas secara wajar dan tidak boleh
menahan napas saat muncul ke permukaan dan ini berlaku untuk penyelam
yang memakai peralatan scuba.
Mediastinal Ephysema
Manifestasi pengembangan paru yang
melewati batas yang paling sering yaitu mediastinal emphysema.
Gelembung dari paru-paru yang pecah, masuk ke rongga antara paru-paru
di dekat jantung dan tenggorokan.
Gejalanya yaitu sakit di daerah dada karena udara menekan jantung, sesak napas, atau sakit pada saat makan. Dapat pula pingsan.
Penanganannya
yaitu konservatif, meliputi istirahat, pemberian oksigen, sedangkan
rekompressi dilakukan jika sangat parah. Hindari penerbangan selama
fase penyembuhan.
Subcutaneus Emphysema
Dari daerah mediastinum
gelembung-gelembung udara bergerak naik ke daerah leher, di bawah kulit
di sekitar leher, kalau dipegang maka kulit terasa pecah.
Gejalanya
yaitu sakit dan sulit bernapas pada bagian yang terkena, napas pendek
dan cepat, udara dapat menekan jantung dan pembuluh darah menyebabkan
kebiruan.
Penanganan sama dengan diatas. Udara dibung dengan memasukkan jarum dibawah pengawasan ahli.
Pneumothorax
Jarang sekali terjadi, jika terjadi
berarti paru-paru pecah, seperti meletus dan gelembung udara langsung
memenuhi rongga udara antara paru-paru dan selaput paru (pleura).
Gejalanya yaitu sakit dada, karena udara menekan paru-paru yang terkena.
Dalam
kasus yang parah dapat terjadi tension pneumothorax, yaitu pneumothorax
yang sangat besar dan membuat paru-paru yang terkena kolaps karena
tekanan yang tinggi. Ini merupakan keadaan darurat. Gejalanya yaitu
sakit dada yang berat, pengembangan dada tidak sama yaitu paru yang
terkena agak tertinggal, dan adanya penekanan ke trakea menjadi tidak
lurus. Biasanya terjadi penekanan jantung sehingga cepat pingsan.
Penangan
yaitu sama dengan emboli udara. Tetapi sebelum dilakukan rekompressi
maka udara yang ada di rongga dada harus dikeluarkan dengan memasukkan
jarum oleh atau dengan pengawasan ahli.
Emboli Udara
Adalah
pecahnya dinding alveoli yang menyebabkan udara masuk dalam peredaran
darah, akibatnya terjadi penyumbatan peredaran darah oleh
gelembung-gelembung udara langsung dari paru-paru.
Misalnya,
jika penyelam naik ke permukaan dari 100 FSW, udara dalam paru
mengembang 4 kali volume awal. Jika tidak dikeluarkan, maka menekan
paru dan alveoli pecah bersaamaan dengan pecahnya pembuluh darah. Udara
terbawa ke kapiler paru dan dibawa ke ventrikel kiri, kemudian di pompa
kesuluruh tubuh lewat arteri. Adanya kumpulan udara dalam arteri akan
membentuk sumbatan sehingga jaringan kekurangan oksigen. Jika otak
mengalami hal tersebut maka akan berakibat kematian.
Gejalanya yaitu lemas, pusing, kelumpuhan/ kelemahan yang hebat,
gangguan penglihatan, nyeri dada, kejang-kejang dan pingsan, terkadang
disertai busa bercampur darah di mulut.
Penanganannya adalah sebagai berikut.
- Tempatkan korban dengan posisi kepala dibawah, miring 15o pada bagian kiri badannya.
- Gunakan oksigen, bila tersedia. Hal ini membantu mengecilkan gelembung-gelembung udara dan memberikan suplai oksigen ke otak.
- Masukkan ke ruangan rekompressi jika tersedia, hal ini untuk
mengurangi besarnya gelembung-gelembung sehingga melancarkan peredaran
darah ke otak.
Pencegahan emboli udara yaitu penyelam harus bernapas secara
wajar saat memakai peralatan scuba dan tidak menahan napas saat muncul
ke permukaan, keluarkan napas secara terus menerus. Napas harus
dikeluarkan minimal 10 feet terakhir dari permukaan.
2. Efek Tidak Langsung Tekanan
Oxygen Toxicity (Keracunan Okisgen)
Oksigen
merupakan gas yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme. Oksigen yang
dihirup adalah 1/5 dari semua oksigen yang ada. Bila campuran gas yang
dihirup terdiri dari O2 20 % maka oksigen yang terpakai oleh tubuh
adalah hanya 4 % nya sedangkan 16 % dihembuskan.
Meskipun
dibutuhkan oleh tubuh, peningkatan tekanan parsial oksigen menyebabkan
keracunan. Sesuai dengan hukum Dalton, tekanan yang tinggi pada
penyelaman meningkatkan tekanan parsial oksigen.
Pada
kedalaman 40 m (5 ATA), maka penyelam akan menghirup tekanan O2 1 ATA
atau O2 100 % seperti menghirup udara murni di permukaan. Oksigen yang
tinggi menyebabkan terlalu cepatnya proses metabolisme, merusak protein
tubuh dan syaraf. Hal dapat terjadi pada penyelam yang menggunakan
Nitrox.
Manifestasi gejala pada
pernapasan yaitu batuk dan rasa sakit saat bernapas, pada sistem saraf
pusat gejalanya yaitu pelintiran pada otot muka sekitar bibir, gangguan
penglihatan, mual, banyak berkeringat dan kejang. Apabila terjadi di
air maka berakibat fatal.
Penanganannya dengan diberikan udara segar, jangan oksigen murni.
Oleh karena itu jangan menyelam terlalu dalam dan gunakan udara biasa yang bersih bukan O2 murni.
Narcose (Pembiusan oleh Nitrogen)
Merupakan
bagian terbesar dari udara yang dihirup oleh manusia. Di permukaan
nitrogen merupakan gas lambat (inert gas) dan secara kimia tidak
bercampur dalam darah.
Nitrogen
melarutkan oksigen dalam campuran udara dan menjadikan udara aman untuk
bernapas. Nitrogen diserap dan disimpan dalam tubuh karena inert. Maka
dengan inilah alasan utama mengapa penyelam scuba bila muncul ke
permukaan harus perlahan.
Sesuai
dengan hukum Dalton, tekanan parsial oksigen meningkat saat menyelam.
Nitrogen memiliki efek euforia (suasana senang berlebihan) yang
meningkatkan kepercayaan diri, dan mengurangi kognisi dan penilaian
situasi sehingga menyebabkan teknik menyelam kacau yang bisa fatal bagi
penyelam. Biasanya terjadi mulai kedalaman 70- 100 feet tapi setelah
kedalaman 100 feet semua penyelam akan mengalami keracunan.
Pada
penyelam scuba, gejalanya berupa kepala terasa ringan, euforia,
perasaan gamang, dan kelainan sensorik. Gejala memburuk jika semakin
dalam. Pada kedalaman 100 FSW, penyelam semakin keracunan, dengan
gejala berkurangnya penilaian, rasa percaya diri meningkat, dan reflek
yang menurun. Pada kedalaman 250-300 FSW, terdapat halusinasi lihat dan
dengar dan pandangan gelap. Penyelam akan tidak sadar pada kedalaman
400 FSW. Hal ini sering disamakan dengan minum Martini (minuman
alkohol).
Oleh karena itu penyelam scuba dengan udara kompresi tidak boleh
menyelam lebih dari 100 FSW. Jika ingin menyelam lebih dalam gunakan
Heliox.
Jika terjadi gejala diatas pada kedalaman 70-100 FSW naiklah ke
permukaan dan istirahat atau ke kedalaman lebih dangkal sampai gejala
menghilang. Hindari menyelam terlalu dalam dan kenalilah kemampuan diri
dan pelajari gejala-gejala tersebut.
Narcose (Pembiusan oleh Nitrogen)
Merupakan
gas buang tubuh manusia. Jika menyelam dengan menahan napas (skin
diving) maka kadar CO2 di tubuh akan menumpuk. Bila penumpukan tersebut
mencapai kadar 4 % maka penyelam harus menghembuskan napas. Bila
penyelam skin menahan napas dapat keracunan CO2 (hiperkapnea).
Pada
penyelam scuba hal ini dapat terjadi, misalnya karena malfungsi
regulator. Pada penyelam closed circuit , kegagalan absorpsi CO2 oleh
absorber dapat menyebabkan keracunan.
Pada
permukaan konsentrasi dengan CO2 5-6 % mengakibatkan sesak napas, napas
cepat, dan pusing. Pada kadar 10 %, tekanan darah turun menyebabkan
pingsan. Bila kadar 12-14 % terjadi depresi pernapasan dan saraf pusat
yang mengakibatkan kematian. Keracunan CO2 kerentanan terhadap narkosis
nitrogen, keracunan oksigen dan penyakit dekompresi karena menyebabkan
pelebaran pori pembuluh darah.
Gejalanya yaitu konsentrasi berkurang, kontrol otot menurun dan fungsi motorik terganggu serta kelelahan lalu pingsan.
Penanganan
dengan cara memberikan udara yang segar, dan bila ada O2 murni. Untuk
menghindari bernapaslah secara wajar, hindari suplai udara yang tidak
bersih serta peralatan yang tidak baik.
Penyakit Dekompresi (Decompression Sickness)
Berbeda
dengan emboli udara, Decompression sickness terjadi dimana terbentuknya
gelembung udara di dalam darah tanpa mengalami pecahnya alveoli paru.
Gejalanya
lambat dibanding emboli, karena gas ini terbentuk di pembuluh darah
yang menyebabkan matinya sel-sel di jaringan secara perlahan.
Pencegahannnya:
Menyelam menggunakan tabel dekompressi . Angkatan Laut dan penyelam
komersil seluruh dunia telah membuat tabel selam berdasarkan kalkulasi.
Oleh karena itu setiap penyelam harus bisa membac tabel selam. Yang
dipakai umumnya adalah U.S. Navy Standard Air Decompression Tables.
Efek dan Bahaya Lingkungan Selam Non Tekanan pada Tubuh
Fungsi
tubuh manusia berfungsi dengan baik dalam suhu internal dengan kisaran
pendek. Suhu tubuh normal 98.6°F (37°C) dan dipertahankan oleh tubuh,
ditambah dengan pakaian dan mengatur suhu udara di lingkungan bila
cuaca terlalu panas atau dingin. Sebelum melakukan selam ulang
sebaiknya tubuh dipanasakan karena absorpsi nitogen meningkat bila suhu
tubuh turun.
Sunburn (Terbakar Matahari).
Kenyamanan
suatu kegiatan penyelaman adalah sangat mutlak bagi penyelam.
Penyelaman di atas Ruber (Sekoci Karet) di bawah teriknya matahari
sangatlah tidak menyenangkan. Untuk menghindari diri dari terik
matahari diperlukan pakaian yang dapat meredam panas.Pada saat
snorkeling juga dapat tertimpa terik panas matahari. Gunakan vaselin
pelindung kulit karena panas dapat melindungi kulit. Panas juga dapat
meningkatkan metabolisme sehingga tenaga penyelam cepat habis. Gunakan
sunblock, semakin tinggi angka UVF semakin efektif, tetapi gunakanlah
sunblock yang tahan lama oleh air dan keringat.
Heat Exahaustion/Heat Stroke (Tersengat Matahari).
Seorang
penyelam snorkeling yang berada di bawah terik matahari dapat
meningkatkan suhu badan penyelam. Apabila kepanasan dibiarkan begitu
saja berakibat heat exhaustion/heat stroke. Suhu badan yang meningkat,
kulit kering, napas cepat dan pendek mengakibatkan heat stroke dan
biasanya diawali dengan heat exhaustion. Gejalanya adalah gelisah,
pucat, mual, berkeringat dan denyut nadi lemah. Untuk menghindari ini
berlindung di tempat teduh, pemakaian perahu kapal yang ada tempat
berteduh sangat efektif. Minum air untuk mencegah dehidrasi jika waktu
menyelam masih lama. Gunakan pakaian yang tidak menyerap panas (yang
baik berwarna putih). Dapat pula dicegah dengan membasahi topi atau
rambut dengan air.
Hipotermia (Kehilangan Panas Badan).
Kondisi
medan penyelaman dapat membuat keadaan yang tidak nyaman. Terutama
perairan yang dingin, penyelam dapat menggigil dan dapat terjadi
hipotermia yaitu kehilangan panas badan.Pemakaian pakaian selam yang
sesuai sangat diperlukan, apalagi daerah perairan yang dingin atau
penyelaman dalam. Kedinginan yang amat sangat akan berakibat kelelahan
karena metabolisme tubuh banyak dipakai untuk menghasilkan panas. Bila
terjadi dalam air, hentikan penyelaman dan naik ke permukaan lalu
istirahat. Pulihkan suhu badan dengan menghangatkan tubuh.
- Mabuk Laut. Mabuk laut terjadi
sebagai akibat dari hilangnya keseimbangan tubuh karena kondisi yang
tidak sehat. Gejalanya mual, lemas, berkeringat dingin, pusing dan
muntah. Pencegahannya jika kondisi tidak sehat jangan menyelam,
istirahat yang cukup, tempat yang tenang, dan udara segar.
- Dehidrasi. Dehidrasi biasanya
terjadi pada penyelam di zona daerah tropis. Dehidrasi adalah hilangnya
air dari tubuh yang disertai dengan ketidakseimbangan elektrolit darah
seperti natrium, kalium, dan klorida. Penyebabnya yaitu banyaknya
keringat yang keluar atau lama bernapas dengan udara kering/tidak
lembab. Berat tubuh dan gradien tekanan hidrostatik yang diimbangi
tekanan air sekitar penyelam mebuat darah banyak terkumpul di vena
kaki. Hali ini menyebabkan urinasi yang berlebihan dan berakibat
dehidrasi. Udara yang digunakan merupakan udara kering sehingga
penguapan air diparu-paru semakin besar. Dehidrasi dapat menyebabkan
penyelam rentan terhadap decompression sickness. Penyelam harus banyak
minum selama penyelaman.
Ancaman dan Bahaya Lain
Aspek Kejiwaan
Kenapa kebanyakan orang takut kedalam air, jawabnya adalah manusia
adalah makhluk darat yang terbiasa sejak kecil selalu di daratan.
Setelah belajar dan bisa berenang maka akan meningkatkan kepercayaan
diri terhadap dalamnya air.
Kepanikan
adalah hal yang biasa bagi penyelam baru. Terbiasa di lingkungan kolam
dengan suasana nyaman kemudian berganti lingkungan laut luas dengan
dalam tidak terukur dan gelap.
Bila
mengalami masalah apapun di dalam penyelaman jangan panik, tetap
melakukan sesuatu sesuai prosedur dan jangan mengambil langkah pintas.
Bila patner dive kita panik bicaralah dengan isyarat tangan supaya
tidak panik dan membantu masalah yang dialami. Kenali medan penyelaman
sebelum memulai penyelaman.
Kram
Pemanasan
yang kurang sebelum menyelam dapat menyebabkan kram. Otot terasa
tertarik dan sakit. Lakukan pemanasan yang cukup untuk memulai suatu
penyelaman. Untuk mengatasi kram perlahan-lahan kendorkan otot yang
terkena dan bergerak perlahan. Jangan panik jika hal ini terjadi.
Carotid Sinus Reflex
Carotid sinus reflek terjadi karena sirkulasi pernapasan yang tidak
baik sehingga suplai darah ke otak berkurang atau tekanan yang kuat
pada sinus carotid (leher). Gejalanya sakit kepala, perasaan tidak
enak, dan mata terlihat melotot. Kendorkan pakaian yang menyebabkan
tekanan, gunakan pakaian yang nyaman dan tidak ketat.
Pernapasan Memburu
Bentuk pernapasan yang berbahaya yang timbul karena memaksakan diri,
kelelahan, kedinginan, takut dan panik. Semua itu menimbulakan
pernapasan yang cepat dan pendek-pendek, sehingga udara yang masik dan
keluar hanya di jalur atas pernapasan. Akibatnya pergantian O2 dan CO2
tidak efisien karena sirkulasi yang tidak baik, penyelam akan kesulitan
mengambang dan berenang bahkan pingsan.
Setiap penyelam harus menguasai keadaan dan bernapas secara wajar serta
mampu untuk dapat beristirahat di permukaan atau mengapung. Disini di
perlukan water trafen dan floating.
Kadar Gula Darah Rendah/Hipoglikemia
Tubuh manusia merupakan mesin pembakaran yang memerlukan ± 100 kalori
perjam untuk pekerjaan ringan dan untuk menyelam diperlukan 800 kalori.
Glukosa merupakan penyumbang energi selain protein dan lemak. Glukosa
merupakan sumber energi utama otak.
Hipoglikemia
adalah kadar gula darah yang rendah di dalam darah. Dengan membiasakan
makan secara teratur sebelum menyelam dapat menghindari kekosongan
perut, yang menyebabkan hipoglikemia.
Gejalanya yaitu pusing, mual muntah. Bisa disertai rasa lapar, mati rasa, menggigil, pingsan dan kejang.
Kondisi Fisik Penyelam
Kondisi
fisik yang sehat merupakan keharusan bagi penyelam dalam melakukan
penyelaman. Bila badan terasa sakit tundalah menyelam.
Selalu
tingkatkan daya tahan tubuh dengan olahraga lari dan berenang dengan
fins yang merupakan kebutuhan individu penyelam. Olahraga tersebut
harus dilakukan secara rutin sehingga tercapai kondisi prima.
Minuman Alkohol
Seorang penyelam yang minum alkohol dapat mengganggu pertukaran gas pada jaringan tubuh. Sebaiknya hindari minuman beralkohol.
Penerbangan
Tekanan
kabin pesawat komersial (pressurized cabin) sama dengan tekanan di
ketinggian 5000 to 8000 feet, dimana nitrogen yang terlarut di dalam
darah menjadi kumpulan udara dalam pembuluh darah. Tekanan kabin juga
tergantung umur dan pemeliharaan pesawat.
Penyelam
boleh terbang walaupun dengan pesawat pressurized cabin sedikitnya 12
jam setelah penyelaman tanpa dekompresi (no-decompression diving). Pada
penyelaman dekompresi hindari penerbangan sedikitnya 24 jam setelahnya.
Hindari
penerbangan yang melebihi 8000 feet (jika tanpa pesawat pressurized
cabin), dan tunggu 24 jam untuk semua penyelam yang menggunakan udara
kompresi.
Aspek Pengisian Kompressor
Untuk
mengisi tabung udara scuba dibutuhkan peralatan lain yaitu kompressor
pengisian tabung tekanan tinggi. Penyelam harus dapat mengoperasikan
kompessor mesin kompressor secara benar, memperhatikan keadaan
lingungan sekitar. Daerah pengisian yang bagus yaitu lokasi yang
berudara sejuk /segar.
Perhatikan
arah angin pada saat pengisian dengan menempatkan posisi knalpot
kompressor searah angin. Hal ini untuk menghindari polusi udara knalpot
masuk ke kompressor pengisian. Bila hal itu terjadi, maka tabung udara
yang diisi akan tercampur gas karbonmonoksida.
Keracunan Karbon Monoksida
Karbondioksida
merupakan gas yang tidak berwarna, bersifat sangat toksik karena
mengikat Hb 200 kali lebih kuat dari oksigen. Sehingga kadar oksigen
darah turun.
Keteledoran
penyelam yang mengisi tabung udara berakibat fatal bagi penyelam yang
memakai tabung tersebut. Gas CO yang masuk ke dalam kompressor dan
diteruskan ke tabung udara akan menyebabkan keracunan.
Gejalanya adalah pusing, mual, lemas, bahkan pingsan.
Berikan udara segar/O2 murni bila tersedia dan istirahat selama 24 jam setelah pengobatan.
Lipid Pneumonia-up Oli
Bercampurnya
oli kompresor dengan udara yang diisikan tabung scuba mengakibatkan
pencemaran udara. Apabila udara yang tercemar tersebut dipakai penyelam
maka akan menjadi radang paru-paru.
Perlu
penggantian filter kompressor secara rutin. Perhatikan ketentuan
penggantian filter yang telah ditentukan, untuk pengisian tabung
dibuatkan catatan
Penyelamatan
Apabila
melihat rekan selam yang mengalami kesulitan di dalam air sesegera
mungkin memberikan pertolongan dengan terlebih dahulu mengamati
kesulitannya. Yang perlu diperhatikan adalah penyelam yang mengalami
kepanikan. Untuk itu lakukan teknik mendekati penyelam sebagai berikut:
- Mendekati korban dengan isyarat/teriakan agar tenang.
- Setelah dekat dengan korban katakan pesan yang menenangkan. Seperti “ Oke saya akan membantu, kamu tenang dulu”.
- Meraih power inflator house dan kembangkan BCD.
- Tarik korban dari arah posis belakang dengan tetap memberikan pesan yang menenangkan.
- Setelah dekat kapal/pantai lepaskan peralatannya.
- Berikan bantuan untuk naik ke kapal/pantai.
Resusitasi Jantung Paru dan P3K
Untuk
pertolongan orang tenggelam diperlukan kemahiran dalam pertolongannya.
Latihan dan pengetahuan ahli medis sangatlah dibutuhkan untuk dapat
mengatasi hal tersebut.
Bila
korban tenggelam tindakan pertama adalah membawa korban ke tempat yang
aman (dapat dilakukan dalam air jika jarak ke kapal/darat jauh) dan
periksa pernapasan. Bila tidak bernapas lakukan bantuan napas mulut ke
mulut. Berikan awalan dua hembusan kemudian satu hembusan tiap lima
detik. Panggil orang lain untuk menolong/ memanggil ambulan.
Setelah
memberikan bantuan napas, periksa denyut nadi. Bila tidak terdapat
denyut nadi maka harus dilakukan kompresi jantung cari luar.
Kompresi
jantung dari luar harus dilakukan harus dilakukan oleh orang
ahli/mengetahui cara. Seorang penyelam diharuskan mengetahui hal ini.
Kompresi jantung dikombinasikan dengan pemberian napas mulut ke mulut.
Berikan awalan dua hembusan dengan 30 kompresi. untuk penolong dua
orang, awalan dua hembusan, dan 15 kompresi kemudian diulang sampai 3
siklus (hembusan + napas). Cek keefektifan kompresi dengan meraba nadi.
Pendarahan
Seorang yang mengalami pendarahan apabila tidak segera mendapatkan
pertolongan berakibat fatal. Penyelam yang melihat korban karena
pendarahan harus melakukan pertolongan awal .
Caranya yaitu:
- Menekan luka dengan kapas dan pakaian. Dapat dilakukan di darat karena di air akan sia-sia.
- Menekan pembuluh darah dengan jari sehingga darah berhenti keluar.
- Dengan torniquet (melilitkan kain/apa saja) terutama pada daerah yang disebabkan pendarahan arteri yang besar.
Dengan
itu penyelam harus tahu letak pembuluh darah arteri sehingga darah yang
keluar berhenti. Setelah di darat, tekan pendarahan dengan kapas atau
pakaian yang kering.
Shock
Shock
disebabkan kurangya aliran darah ke jaringan. Kurangnya darah bisa
disebabkan karena pendarahan atau dehidrasi. Tandanya yaitu penderita
apatis, gelisah, muka pucat dengan bibir kebiruan, keringat dingin,
lemas, napas lambat, nadi cepat dan tidak teratur dan tekanan darah
rendah dan beda sistol diastol < 20 mmHg.
Penanganannya yaitu:
- Pastikan mendapat udara segar/oksigen yang cukup.
- Kontrol pendarahan
- Naikkan kaki dan paha sehingga darah yang mengalir ke otak dan
jantung meningkat walaupun sedikit. Tidak boleh menaikkan perut karena
korban akan sulit bernapas. Pada trauma kepala dan dada lebih baik,
bagian tubuh atas dinaikkan. Tetapi posisi yang baik adalah tetap
telentang.
- Korban jangan terlalu banyak bergerak. Fiksasikan.
- Segera kirim ke petugas untuk mendapat perawatan lanjut.
P3K
Setiap
penyelaman sebaiknya kotak P3K selalu ditempatkan dekat dengan posisi
penyelaman, sehingga bila sewaktu terjadi kecelakaan dapat segera
memberikan P3K kepada korban. Keberadaan dokter sangat disarankan.
Sebelum menyelam kenali lingkungan setempat dan lokasi layanan kesehatan terdekat.
Survival di Laut
Survival
berasal dari kata “ SURVIVE ” artinya perjuangan untuk tetap hidup,
secara global survival adalah tindakan yang paling awal bagi makluk
hidup, untuk mempertahankan hidupnya dari berbagai ancaman, kejadian
dimana makluk hidup, melakukan suatu tindakan untuk melindungi dirinya
dari berbagai ancaman agar tetap hidup, makluk hidup yang berada dalam
situasi survival disebut SURVIVOR (orangnya).
A. Faktor – faktor penyebab survival
1. Kehabisan perlengkapan dari suatu perjalanan /ekspedisi
2. Kecelakaan dalam suatu perjalanan/ekspedisi dengan pesawat udara atau kapal laut.
3. Tersesat disuatu daerah asing/rawan.
4. Lingkungan suatu daerah yang belum dikenal.
5. Hal-hal lain yang belum pasti (kekurangan pangan , oksigen dll).
B. Aspek psikologis pada situasi survival
- Membutuhkan tingkat ketahanan emosi dan kepercayaan sehingga dapat menyelesaikan problem mempertahankan hidup.
- Menyadari akan kepentingan hidup, sehingga dapat mempertahankan
hidup, maka perlu mengatasi beberapa problem dalam situasi survival.
C. Motivasi survival
Setiap problem pada situasi survival, harus dapat dihadapi dengan tenang dan disertai dengan sikap yang positip.
D. Faktor - faktor penting untuk tetap hidup
1. Adanya kemauan yang besar, untuk tetap hidup
2. Kondisi fisik dan alat-alat yang dapat membantu
3. Pengetahuan dan pengalama-pengalaman
E. Tekanan-tekanan yang timbul pada situasi survival
1. Stres mental dan fisik (panik, kelelahan, kurang tidur).
2. Ketakutan.
3. Rasa takut luka dan penyakit.
4. Rasa haus.
5. Rasa lapar.
6. Rasa panas dan dingin (karena cuaca)
7. Rasa bosan (masa bodoh, depresi, frustasi) dll.
F. Prioritas untuk menentukan tindakan dalam survival sangat penting karena kematian dapat terjadi
1. Tiga menit tanpa oksigen
2. Tiga jam pada kasus hypothermia dan pendarahan hebat.
3. Tiga hari tanpa air dan terjadi dehydrasi
4. Tiga minggu tanpa makanan yang berarti bagi tubuh kita
Pentingnya
seorang penyelam mengetahui hal ini adalah untuk mengantisipasi
kecelakaan seperti kapal tenggelam atau situasi yang menyebabkan
penyelam tidak bisa kembali cepat ke daratan.
Jika situasi kapal tenggelam akan tenggelam hal yang harus dilakukan adalah:
- Jangan Panik.
- Siapkan sekoci atau perahu karet sebagai perahu pengganti. Jika
tidak ada gunakan pelampung/ban karet. Minimal menggunakan sesuatu yang
dapat mengambang diatas air seperti botol air minum/papan kayu/tong,
dll.
- Tidak membawa barang yang banyak. Jika terdapat alat komunikasi
beritahu pihak yang berwenang bahwa kapal akan segera tenggelam dan
diminta melakukan penyelamatan. Bawa makanan dan air seadanya, membawa
minuman lebih baik karena botol setelah kosong dapat digunakan sebagai
pelampung.
- Sebelum kapal tenggelam di permukaan, harus telah berada di air dan
berenang menjauh, karena kapal yang tenggelam membawa arus yang dapat
membawa benda dari permukaan masuk ke dalam air.
- Jika sudah bisa mengontrol diri dan merasa mampu, lakukan
penyelamatan terhadap orang lain. Utamakan orang muda karena harapan
hidup masih tinggi.
- Bertahan di perahu/mengambang dengan bantuan pelampung. Jika hanya
dengan menggunakan pelampung carilah sesuatu yang dapat membantu
mengambang atau sebagai cadangan. Jika daratan sudah dekat cobalah
berenang.
- Untuk menghindari hipotermia. Pada perahu karet dapat dilakukan
dengan saling mendekat membentuk kumpulan. Orang yang paling luar harus
bergantian. Jika masih di dalam air yang dingin lakukan heat escape
lessening posture (HELP) atau huddle position sehingga panas tubuh
lambat dilepaskan.
- Jika terjadi trauma atau pendarahan, segera lakukan penanganan.
- Jangan meminum air laut karena nilai osmolaritasnya tinggi (1000
mOsmol/L), yang dapat menyebabkan tubuh semakin dehidrasi. Minumlah air
tawar yang dibawa sedikit-sedikit atau es yang mengapung jika di kutub.
Jika hujan minum dengan air hujan dan jangan lupa di tampung. Makan
seadanya, dengan bekal yang dibawa atau makanan yang ditemui. Jangan
memakan ikan yang mati terapung di tengah laut karena mungkin
disebabkan racun. Hindari makan tanpa minum.
- Rakit memberi bayangan di bawah laut, dan biasanya dapat menarik lumba-lumba sehingga dapat ditombak untuk dimakan.
- Berikan tanda pada penyelamat dengan mengayunkan tangan atau dengan
mengibarkan baju. Jika malam gunakan senter. Dilakukan sambil berteriak.
- Untuk mengetahui arah gunakan matahari sebagai patokan dan bintang pada malam hari.
Perhatikan tanda-tanda adanya daratan.
- Banyak awan yang berkumpul di suatu tempat.
- Banyaknya burung/kalong berarti daratan sudah dekat.
- Pesawat yang terbang rendah.
- Adanya garis berwarna hitam di ujung horison laut harus selalu
diperhatikan walau bukan daratan tapi mungkin kapal yang berjalan.
- Walaupun itu pulau tanpa penghuni tetap berlindung karena harapan hidup survival di daratan tinggi.
Aspek Pria
Perbedaan jenis kelamin membuat perbedaan fisiologi dan berpengaruh pada penyelaman.
- Tubuh pria memiliki lemak kulit tipis dibanding wanita sehingga mudah menjadi kedinginan.
- Tubuh pria lebih panas dibanding wanita, sehingga jika di air yang dingin lebih banyak panas yang dikeluarkan.
- Konsumsi udara lebih banyak karena volume paru besar.
- Pria lebih membutuhkan banyak kalori daripada wanita.
- Tubuh pria banyak berkeringat sehingga resiko dehidarasi meningkat.
- Air terlalu panas atau dingin mempengaruhi fertilitas. Produksi sperma optimal sedikt di bawah suhu tubuh.
- Lemak tubuh pria cenderung banyak di simpan di bagian atas
tubuh, hal ini menyebabkan kaki agak tenggelam dan memperlambat gerakan.
Aspek Wanita
Banyak wanita menjadi pionir dalam penyelaman. Beberapa peralatan selam ada yang khusus untuk wanita dengan perancangan khusus.
Ada beberapa aspek medis pada wanita yang berkaitan dengan penyelaman yang perlu diperhatikan:
Menarke.
Pada
saat menstruasi awal, tubuh wanita telah mencapai 95 % tinggi maksimal,
dan mencapai tinggi akhir pada 1-2 tahun kemudian. Deposisi lemak
sangat cepat pada umur 13-15 tahun. Kekuatan tubuh mencapai puncak umur
13 tahun kemudian tetap dan turun. Pada penyelaman hal yang menjadi
masalah adalah peralatan selam yang berat.
Adanya kumpulan gas nitrogen pada pusat pertumbuhan tulang dapat menyebabkan tulang tidak tumbuh lagi.
Penyelam
terlalu muda terlalu cepat menjadi hipovolemik (volume darah rendah).
Anak perempuan lebih cepat kedinginan daripada wanita dewasa. Oleh
karena itu pemakaian pakaian selam sangat dianjurkan.
Menstruasi
Hiu
bukan ancaman, tidak ada bukti meningkatnya serangan hiu karena
menstruasi. Jika mengalami peningkatan darah yang keluar (menorrhagia)
sebaiknya jangan menyelam karena resiko anemia meningkat. Anemia
menurunkan suplai oksigen tubuh.
Ada
beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa resiko terjadi DCS meningkat
pada wanita menstruasi yang diterapi hiperbarik. Tapi belum diketahui
apakah dalam penyelaman sama atau tidak karena masih dalam penelitian.
Penggunaan
tampon selama menstruasi tidak akan memberikan efek buruk tekanan pada
tubuh. Tapi di Indonesia penggunaan tampon terutama pada gadis jarang.
Jika
ingin menyelam pada waktu menstruasi perhatikan apakah terjadi anemia
dan lihat medan penyelaman bersih atau berpolusi. Perhatikan
higienitas, privasi dan kenyamanan. Sebaiknya hindari menyelam.
PMS (Pre Menstrual Syndrome)
Adalah
suatu kumpulan gejala yang berhubungan dengan perubahan hormon sesaat
sebelum atau saat menstruasi. Jika parah, kepribadian dan perilaku
antisosial dapat berpengaruh pada kerja tim diatas boat dan di dalam
penyelaman.
Menopause dan Osteoporosis
Menopause
adalah berhentinya menstruasi, biasanya terjadi pada umur 50 tahun.
Osteoporosis biasanya mulai terjadi pada umur 60-65 dan patah tulang
akibat ini mulai pada umur 70-75. Diving tidak berpengaruh terhadap
aktivitas sel-sel tulang.
Sebaiknya
jika pada wanita yang tua lebih baik jangan menyelam karena peralatan
gear yang berat yang dapat menambah resiko patah tulang.
Hamil
Tidak
ada data yang menyimpulkan diving pada ibu hamil dapat menyebabkan
cacat lahir, hal ini dikarenakan penelitian untuk mengetahui efeknya
tidak etik. Janin dalam kandungan punya resiko besar, terutama dapat
terjadi DCS, hipoksia, dan peningkatan karbondioksida.
Tidak
ada penelitian yang menentukan kedalaman yang aman dan profil waktu
selam yang aman. Semakin besar kehamilan maka resiko yang terjadi
semakin besar. Sebaiknya jangan menyelam. Jika kehamilan baru diketahui
setelah beberapa saat menyelam, kontrol kehamilan sebaik mungkin.
Setelah Melahirkan
Setelah
melahirkan leher rahim menutup sekitar 21 hari sesudahnya, pada
minggu-minggu lain tonus otot rahim mulai baik tergantung aktivitas
ibu. Hal lain yang berpengaruh yaitu luka jalan lahir. Setelah
melahirkan pervagina sebaiknya tunda penyelaman paling sedikit 4 minggu.
Setelah
operasi cesar, biasanya dokter menyarankan beristirahat selama 4 minggu
sebelum aktivitas penuh. Hal ini untuk mempercepat penyembuhan luka
operasi dan bertambahnya darah. Jika dengan operasi cesar jangan
menyelam paling sedikit 8 minggu.
Sebelum menyelam lakukan cek Hb, boleh menyelam jika Hb sudah di atas 10.
Menyusui
Di
dalam air susu sesudah menyelam, dapat terbentuk gelembung gas
nitrogen, tapi hal ini tidak akan membahayakan bayi karena akan segera
masuk saluran pencernaan yang banyak gas.
Pembesaran
payudara karena belum menyusui bayi dapat mengganggu dan terasa tidak
nyaman ketika memakai peralatan selam. Hal ini dapat dihindari dengan
memompa air susu sebelum menyelam. Air susu yang dipompa dapat disimpan
di kulkas.
Dalam
medan penyelaman banyak terdapat bakteri yang dapat menyebabkan luka
pada puting susu yang lecet. Oleh karena itu jaga kebersihan puting.
Beberapa ahli berpendapat tidak menyelam selama bayi diberikan ASI eksklusif.
Payudara
Sebuah
studi pada silikon untuk payudara yang ditempatkan dalam tekanan
hiperbarik yang diseseuaikan dengan profil waktu selam dapat
meningkatkan gelembung gas sekitar 1-4 %, tapi belum cukup untuk
memecahkan silikon. Hal ini belum diketahui pada payudara yang disuntik
silikon.
Silikon
lebih berat dari air sehingga mempengaruhi bouyancy. Hal lain yang
dapat menjadi masalah adalah jika tidak cocok dengan peralatan selam,
maka penyelaman menjadi tidak nyaman.
Sumber :
USN Diving Manual 6th edition. Revised 2008
NOAA Diving Manual. Diving For Science and Technology
Pengetahuan Akademis Penyelaman SCUBA Diver. POSSI Jawa Tengah.
Wilderness Medicine. Paul S Auerbach. 2002.
Drowning and Resuscitation. American Heart Association. 2005.
Scubadoc.com