Lanjut keesokan harinya saya kembali ke
Tokyo dengan satu tujuan yakni keliling tokyo, kali ini saya gak pake
skyliner tapi pake kereta biasa yang pindah-pindah makan waktu kl 1.5
jam sama deg-degan nyasarnya. Untung petugas karcisnya helpfull banget
walaupun kendala bahasa. Ngajarin mulai dari beli tiket sampe di
platform mana saya harus naik. Sampe di Sta Ueno dipandu bapak-bapak
yang untungnya bisa bahasa inggris untuk membelikan karcis ke tokyo,
perjalanan ke tokyo sendiri tidak sampe 30 menitan. Dan Tokyo!! I'm
here! Tujuan utama sekeluarnya dari stasiun adalah Imperial Palace
merupakan kediaman kaisar jepang terletak 15 menit perjalanan dengan
kaki dari stasiun Tokyo. Imperial palace sendiri berdiri diatas area
seluas 3.4 kilometer persegi yang terdiri dari kumpulan bangunan,
musium dan dikelilingi oleh parit air seperti danau dengan bangunan
menara-menara (donjon) didalamnya. Pokoknya seperti masuk ke cerita
Taiko dan film-film samurai. Taman-taman yang cantik dengan bunga
sakura bermekaran, bangunan-bangunan yang unik sayang gak ada samurai
benerannya. Duduk ditamannya kayak mimpi bagus banget.
Puas
keliling dan foto-foto di Imperial Palace, menurut peta didekat sana
ada Kuil PD 2 yang jadi kontroversi yakni Kuil Yasukuni yang ditujukan
untuk pemujaan terhadap tentara jepang pada perang dunia kedua. Menurut
peta sih gak jauh ternyata 30 menit jalan gak nyampe-nyampe akhirnya
saya putuskan gak jadi kesana dan saya milih ke down town Tokyo yakni
ke Tokyo Tower yang jadi landmark nya kota tokyo. Dengan berjalan kaki 1 jam
(hebat ya!) disambi makan siang beli di toko 711 berupa nasi kepal dan
kecap asin akhirnya tiba di Tokyo Tower, mau naik melihat harga
tiketnya mahal so akhirnya saya liat-liat dari bawah aja deh. Sekali
lagi melas banget kan. Tapi lumayan lah punya foto-foto di Tokyo Tower,
ada yg punya gak???
Setelah
puas keliling dan melihat-lihat Tokyo tower saya memilih jalan-jalan
keliling Tokyo, kebetulan sih saya liat ada komplek pemakaman ke
shogunan Tokugawa, muter-muter setengah mati nanya Polisi yang ga bisa
bahasa inggris plus diketawain mereka gara-gara mikir ngapain nie turis
jalan-jalan ke pemakaman. Masuk pemakaman mula-mula sih masih rame
makin ke dalam makin sepi, jadi was-was di datengin hantu kaya di The
grudge akhirnya yang saya cari ketemu komplek pemakan ke shogunan
Tokugawa dan ada kuil kecilnya dengan lambang Tokugama Clan. Seneng
banget soalnya kan cuma tau Tokugawa Clan dari buku cerita ehh ni mimpi
apa sampe saya bisa langsung kesini liat sendiri.
Puas
keliling Tokyo, namun saya males jalan lagi ke Roppongi ataupun Shibuya
soalnya capek n kaki gak bisa kompromi mana dingin banget. Lagian dsana
cuma cuci mata doang gak menarik. Jam 6 saya pulang ke Narita namun di
stasiun sempet bingung mo naik kereta apa karena begitu banyak jalur
untungnya di tolong mbak-mbak petugas pengatur kereta api bahkan
dianter dan ditungguin sampe kereta nya dateng dan duduk manis di
kereta. Makasi Mbak.
Benernya banyak lagi pengalaman di Tokyo tapi yang penting dan layak di ceriatin cuma
itu aja dulu. Beda kota beda budaya memang betul sih kalau di Jepang,
walaupun orangnya keliatan sibuk dan buru-buru mereka helpfull banget
dan baik kasi petunjuk walaupun kendala bahasa, lain sama orang HK yang
jutek dan seenaknya kalo kasi petunjuk. Selain itu jalan-jalan ke Tokyo
emang mahal terutama transport n makanannya tapi itu bisa disiasasi
dengan cari alternatif moda transportasi lain yang ada, kalo masalah
makanan ya kaya saya itu beli nasi kepal di 711 (yang penting nasi
khan?), sushi setn juga ada dengan harga terjangkau atau beli di
supermarket menjelang jam 8 (dijamin diskon untuk makanannya) kalo
oleh-oleh kaya kaos, gantungan kunci ya gitu gak ada yang murah alias
mahal semua. Untuk kartu kredit pengalaman saya gak banyak sih toko
yang nerima kartu kredit gak tau napa org jepang ga suka pake CC). Yang
bikin makin sulit juga masalah kendala bahasa, jarang ada orang Jepang
yang bisa bahasa inggris dan informasi-informasi dalam bahasa kanji.
Ohh
iya satu lagi cerita yang penting harus disampaikan, waktu pulang di
NARITA pengamanannya naudzubillah min dzalik, bis masuk bandara aja lgs
penumpangnya dicek satu-satu passport dan tiketnya. kalo ga bawa
silakan turun. Trus mau lewat checkin counter di imigrasi diperiksa
ketat banget, sabuk suru lepas, bahkan saya harus lepas sepatu
catterpilar saya (disangka bawa RDX kali ya hi hi hi) trus di scan
ulang saya di scan dan sepatu saya di scan juga. Pokoknya teliti banget.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar