Lanjut cerita The Pants Boot Camp
yang saya tulis bulan Januari 2013, belum sempat saya lanjutkan karena
kesibukan kerja dan kegiatan-kegiatan lain yang menyita waktu, tenaga, daya dan
upaya…ngomong apa sihhhhhh. Sampai mana tadi? Oh iya melanjutkan cerita
petualangan kami di Pulau Sempu dimana seluruh persiapan sudah siap tinggal
berangkat saja. Untuk masalah keberangkatan kami berangkat dari Kota Malang jam
05.30 pagi agar sampai di pelabuhan Sendang Biru (http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Sempu)
tidak terlalu siang mengingat jarak tempuh kota Malang ke Sendang Biru kurang lebih 2 Jam
perjalanan atau 75 km dari kota Malang. Transportasi yang digunakan kali ini
adalah satu unit MPV dan Izusu Elf kapasitas 12 orang karena pesertanya banyak
(17 orang!!) disertai peralatan yang luar biasa berat dan banyak. Untuk yang ingin kesini tapi menggunakan kendaraan umum juga bisa kok ini panduannya :
- Dari Terminal Arjosari ke Terminal Gadang dulu naik angkutan kota dengan kode “AG” dengantarif antara Rp. 4.000,- sd Rp. 5.000,-
- Lanjut dari Terminal Gadang, cari Colt L 300 arah Turen (banyak kok jangan khwatir) dengan tarif antara Rp. 5.000,- sd Rp. 6.000,-
- Nahhh sampai di Turen tunggulah angkutan kota (angkot) menuju pantai Sendang Biru. Agak lama ya nunggunya tapi worth it lah kan kalo mau ke surga harus susah-susah dulu..........
Akhirnya setelah menempuh
perjalanan brutal serta ajrut-ajrutan selama 2 jam (karena jalan Turen –
Sendang Biru agak bergelombang) maka sampailah kita ke pelabuhan Sendang Biru,
Malang Selatan ni penampakannya :
Sesampainya di Pelabuhan Sendang
Biru segera kami menuju kantor BKSDA untuk mengurus ijin masuk ke Pulau serta
menyewa guide menuju Pantai Segara Anak. Adapun biaya yang dikeluarkan antara
lain :
- Membayar ijin masuk biaya per
orang @Rp. 5.000,00
- Retribusi ijin bermalam @Rp.
5.000,00.
- Ijin Polhut Rp. 30.000,00/team.
- Jasa pemandu tinggal menambah lagi Rp. 100.000,- per pemandu.
- Sewa sepatu trekking Rp. 10.000,-
Sarannya untuk yang belum pernah ke Pulau Sempu sewalah pemandu biar tidak
tersesat.
Ijin ini harus diurus karena bila tidak diurus pemilik kapal tidak mau
menyewakan kapalnya, setelah menunjukkan bukti pengurusan bisa langsung naik
kapal adapun sewa kapal Rp. 100.000,- per kapal PP, tinggal telpon kalau minta
di jemput. Keren kan....he he he. Kapalnya sendiri bisa menampung 10 – 20 orang
jadi mending kalau ke Pulau Sempu berkelompok supaya irit. Untu menuju pulau
Sempu sendiri ditempuh dengan waktu kl 10 – 15 menit dari pelabuhan Sendang
Biru, dengan mendarat di teluk Semut. Tapi jangan girang dulu yaaa, perjalanan
sesungguhnya baru akan di mulai, perjalanan neraka selama 2 jam dengan ransel 15
kg yaitu trekking.........
Pada foto ini penampakan penulis yang lagi nunduk
dibelakang pake kaos biru dan celana kargo coklat. Foto diambil di pelabuhan
Sendang Biru menjelang naik ke kapal pendarat.
Akhirnya dimulailah perjalanan 2 jam menembus hutan di Pulau Sempu,
perjalanan berat karena semalam baru saja hujan sehingga becek dan penuh lumpur
yang memakai sepatu trekking saja sampai kesulitan karena medannya yang berat.
Sebagai catatan sepatu saya Catterpillar model sepatu tentara sampai tidak
keliatan bentuknya karena penuh lumpur. Berkali kali kami harus berhenti untuk
istirahat karena beban yang dibawa cukup berat dan lagi usia yang sudah tidak
muda lagi.
Nih lagi ngos-ngosan mengumpulkan tenaga buat latihan angkat beban, ehh
salah dink angkat tas. Tiap 500 meter istirahat, so kapan sampainya. Sampai2
guide nya geleng-geleng kecapekan istirahat terus he he he he.
Medannya kalau kering relatif mudah dilalui, tapi kalau becek sepertyi ini
licin, lumpur dan tonjolan batu karang rawan melukai kaki. Jadi berjalan juga
harus tetap waspada liat kanan kiri depan belakang siapa tau ketemu kuntilanak
hiiiiiiiiiiii. Walah pokoknya itu 2 jam paling menyiksa, apalagi guidenya
bilangnya ”sudah dekat”, ”sudah dekat” denger ada suara air ehh cuma sungai
doang. Pokoknya kalau kesini gak terpaksa dan gak suka petualangan mending
mikir-mikir deh. Ni aja berangkat biar ngelatih anggota The Pants biar jadi
laki-laki sejati bukan lekong kaya di foto ini (baju biru gak pake topi --> Lekong he he he he).
Sesudah 2 jam dihajar lumpur, sempat kepleset 2 kali, keringat udah kering
berkali-kali, punggung pegel-pegel akhirnya kedengaran suara debur ombak
dikejauhan....naaa ini dia sudah dekat dengan pantai yang dituju. Saking
bersemangatnya kami berjalan lebih cepat ehhhh apa yang terjadi sepatu saya
jebol solnya gara-gara lumpur hu hu hu catterpillarnya jebolllllll. Untung bawa
sendal gunung jadinya masih ada alas kaki pengganti kalau tidak alamat nyeker pulangnya.
Akhirnya sampai juga kita dipantai Segara Anakan dari atas tebing nampak
air bergradasi warna biru ke hijau turqoise benar-benar indah apalagi pasir
pantainya putih dan halus. Rasanya capek perjalanan 2 jam segera sirna melihat
pemandangan tersebut. Tidak menunggu lagi segera kami turun menuju pantai tidak
lupa melepas tas langsung bermain air. Benar-benar luar biasa pemandangannya.
Setelah bermain air sebentar maka kami segera menyiapkan lokasi untuk
berkemah dan membongkar peralatan. Lokasi yang kami pilih berdekatan dengan
tebing dan agak jauh dari pantai dengan alasan kalau pasang tidak menggenangi
tenda dan kalau Tsunami kita bisa langsung kabur ke
tebing-tebing...becanda..becanda pembaca. Untuk mempercepat tugas karena hari
semakin siang maka para wanita nya
ditugasi untuk membuat makan siang, para lelakinya mencari kayu bakar
untuk api unggun dan mendirikan tenda. Dan lucunya setelah tenda selesai dan
perlengkapan di bongkar dari ransel masing-masing makanan mulai dari aqua, mie,
coklat, camilan, dll dst dsb kalau dikumpulkan penuh di satu tenda! Kemah 1
hari bawa perbekalan buat 1 bulan. Pantes berat carrier rata-rata 15 kg
ckckckckck.
Akhirnya setelah semua beres maka kami berpuas diri bermain air, berenang
dipantai segara anakan yang berpasir halus dan tanpa ombak. Benar-benar pantai
ideal, saya setuju sama gambaran blogger perihal Pantai Segara Anak setara
dengan Pantainya Leonardo di Caprio di Phi Phi island karena benar-benar
seperti surga ditengah kesunyian (walaupun tidak sunyi juga sihhh). Saya suka
pantai dan sudah ke berbagai macam pantai di Bali (Menjangan, Pemuteran, Tulamben, Uluwatu,
Padang Padang dll) termasuk pantai-pantai di Irian waktu saya kecil dulu
semuanya bagus tapi yang sebagus ini ya cuma Pulau Sempu. Degradasi warna biru
ke hijau, pasir putih halus, air nya hangat dan sepi tidak ada tandingannya deh seperti kata orang The Hidden Paradise.
Makin sore semakin ramai pantai Segara anakan dengan oarang yang ingin
camping, nah kaya perkampungan kan. Sayang walaupun pantainya bagus namun
kelamaan akan jelek karena banyak sampah seperti plastik, botol aqua dll yang
berserakan di sekeitar lokasi kemping. Kalau tidak dijaka bukan tidak mungkin
Pantai Segara Anak bakal kehilangan keindahannya.
Sambil menunggu senja turun kami duduk-duduk sambil menyeduh kopi sebagian
lagi berjalan menyusuri pantai sekedar menikmati sore, yang lain mencari
ranting-ranting untuk bahan bakar api unggun. Udaranya khas pantai yakni panas
lembab membuat berkeringat namun untungnya angin sepoi-sepoi sehingga terasa
sejuk.
Akhirnya malam pun tiba dengan membuka dan memasak bekal yang ada seperti
supermi, susis, nugget dll sambil menikmati api unggun. Bahkan ada yang membawa
pisang yang segera dibakar di dalam api unggun. Kebetulan saya ditugasi
membawa marsmallow jadi mirip orang bule kalau camping he he he he.
Tu pemandangan camp pengungsi lagi bikin makanan
Rasanya bahagia sekali bisa
berkumpul dengan teman-teman menikmati alam jauh dari mana-mana (bahkan
handphone pun tidak ada signal). Hanya menikmati langit malam dan suara ombak
dikejauhan ditemani teman-teman dekat saja. Bahagia sekali saat itu, apalagi
mereka memberi kejutan pada saya karena ulang tahun. Mie goreng dikasi nugget
dan diberi lilin ulang tahun. Thanks Guys!!!!!!
Tidak terasa malam menjelang,
udara semakin dingin dengan angin yang semakin kencang. Dan ternyata hujan derasssssssssss!! Langsung semua
kabur ke tenda masing-masing berlindung dari hujan deras dan badai petir. Dag
dig dug juga karena ada badai petir dan suara ombak diluar makin mengganas,
Beberapa jam kemudian hujan pun selesai, dan ternyata memakan korban, tenda
teman-teman lain banyak yang bocor hanya tenda saya yang kering kerontang he he
he he. Keesokan harinya shubuh kita langsung bersiap-siap membuat sarapan
karena harus segera kembali ke Jember apabila kesiangan bakal sampai tengah
malam di Jember.
Siap-siap dimulai beres-beres dimuali akhirnya jam 07.00 persiapan selesai
dan dimulailah perjalanan neraka tahap 2 ke teluk Semut. Lebih berat karena
disertai hujan gerimis yang membuat medan semakin berat akibat hujan semalam.
Bersantai dulu sambil menunggu jemputan
Setelah berjalan menebus hujan, licin, lumpur kepleset 2 kali (lagi)
akhirnya sampailah kita ke teluk Semut untuk menunggu jemputan dari kapal
kemarin. Selagi menunggu kita
eksis dulu donk he he he he. Selesailah petualangan di Pulau Sempu.
1. Bila ke Pulau Sempu datanglah secara
berkelompok. Selain lebih menyenangkan, juga akan ramah di kantong alias irit
bin hemat serta tidak buang-buang waktu. Misalnya angkot Turen-Sendang biru,
bisa di charter sehingga tidak mengganggu penumpang lain atau ngetem/berhenti
menunggu penumpang terlalu lama. Pulangnya pun tinggal minta jemput dari
sendang biru. Demikian juga perahu, dengan berkelompok, kita tinggal urunan Rp.
100.000,00 dengan sesama teman.
2. Pantai sendang biru adalah titik terakhir
menemukan air tawar karena di Pantai Segara Anak tidak ada sumber air tawar
kecuali di Telaga Lele (yang jaraknya 3 jam perjalanan dari Segara Anak). Berapa
botol? Yang pasti tidak cukup satu botol 1.5 liter, tetapi lebih dari itu
(apalagi kalau berkemah), karena perjalanan yang cukup berat dan akan banyak
menguras tenaga.
3. Jangan meremehkan kondisi rute di Sempu
karena ni akan benar-benar di luar dugaan. Apalagi bagi orang yang awam dengan
petualangan alam dan trekking. Kalau musim kemarau, jalurnya tidah terlalu
sulit karena jalan tidak berlumpur sehingga bisa ditempuh dengan waktu lebih
cepat. Tapi bila sedang musim hujan, bersiaplah menangis karena bertarung
dengan jebakan lumpur yang sangat menguras tenaga hingga untuk mengangkat kaki saja
rasanya tidak sanggup.
4. Bila berniat tidak menginap dan berniat
pulang sore hari, maka siap-siap bawa bekal minimal lampu senter. Antisipasi bila kemalaman di dalam hutan
menuju ke pantai sendang biru.
5. Di sarankan untuk menyewa penunjuk jalan
yang biasanya di tawarkan di BKSDA biasanya petugas nya / warga sekitar dengan
tariff sekitar Rp. 100.000,00
6. Pakailah sandal gunung / sepatu trekking
yang mengikat sempurna kaki. Sandal jepit dapat di pastikan akan mudah putus
dan licin sehingga mudah melukai kaki sendiri. Kalau tidak punya sewalah di
tempat persewaan peralatan camping di Pantai Sendang Biru.
Nahhhh tunggu apalagi segera ke Hidden Paradise............................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar