Horison

Horison

Rabu, 11 April 2012

Lost In Japan - Tokugawa Clan

Lanjut keesokan harinya saya kembali ke Tokyo dengan satu tujuan yakni keliling tokyo, kali ini saya gak pake skyliner tapi pake kereta biasa yang pindah-pindah makan waktu kl 1.5 jam sama deg-degan nyasarnya. Untung petugas karcisnya helpfull banget walaupun kendala bahasa. Ngajarin mulai dari beli tiket sampe di platform mana saya harus naik. Sampe di Sta Ueno dipandu bapak-bapak yang untungnya bisa bahasa inggris untuk membelikan karcis ke tokyo, perjalanan ke tokyo sendiri tidak sampe 30 menitan. Dan Tokyo!! I'm here! Tujuan utama sekeluarnya dari stasiun adalah Imperial Palace merupakan kediaman kaisar jepang terletak 15 menit perjalanan dengan kaki dari stasiun Tokyo. Imperial palace sendiri berdiri diatas area seluas 3.4 kilometer persegi yang terdiri dari kumpulan bangunan, musium dan dikelilingi oleh parit air seperti danau dengan bangunan menara-menara (donjon) didalamnya. Pokoknya seperti masuk ke cerita Taiko dan film-film samurai. Taman-taman yang cantik dengan bunga sakura bermekaran, bangunan-bangunan yang unik sayang gak ada samurai benerannya. Duduk ditamannya kayak mimpi bagus banget.

Puas keliling dan foto-foto di Imperial Palace, menurut peta didekat sana ada Kuil PD 2 yang jadi kontroversi yakni Kuil Yasukuni yang ditujukan untuk pemujaan terhadap tentara jepang pada perang dunia kedua. Menurut peta sih gak jauh ternyata 30 menit jalan gak nyampe-nyampe akhirnya saya putuskan gak jadi kesana dan saya milih ke down town Tokyo yakni ke Tokyo Tower yang jadi  landmark nya kota tokyo. Dengan berjalan kaki 1 jam (hebat ya!) disambi makan siang beli di toko 711 berupa nasi kepal dan kecap asin akhirnya tiba di Tokyo Tower, mau naik melihat harga tiketnya mahal so akhirnya saya liat-liat dari bawah aja deh. Sekali lagi melas banget kan. Tapi lumayan lah punya foto-foto di Tokyo Tower, ada yg punya gak???
Setelah puas keliling dan melihat-lihat Tokyo tower saya memilih jalan-jalan keliling Tokyo, kebetulan sih saya liat ada komplek pemakaman ke shogunan Tokugawa, muter-muter setengah mati nanya Polisi yang ga bisa bahasa inggris plus diketawain mereka gara-gara mikir ngapain nie turis jalan-jalan ke pemakaman. Masuk pemakaman mula-mula sih masih rame makin ke dalam makin sepi, jadi was-was di datengin hantu kaya di The grudge akhirnya yang saya cari ketemu komplek pemakan ke shogunan Tokugawa dan ada kuil kecilnya dengan lambang Tokugama Clan. Seneng banget soalnya kan cuma tau Tokugawa Clan dari buku cerita ehh ni mimpi apa sampe saya bisa langsung kesini liat sendiri.

Puas keliling Tokyo, namun saya males jalan lagi ke Roppongi ataupun Shibuya soalnya capek n kaki gak bisa kompromi mana dingin banget. Lagian dsana cuma cuci mata doang gak menarik. Jam 6 saya pulang ke Narita namun di stasiun sempet bingung mo naik kereta apa karena begitu banyak jalur untungnya di tolong mbak-mbak petugas pengatur kereta api bahkan dianter dan ditungguin sampe kereta nya dateng dan duduk manis di kereta. Makasi Mbak.

Benernya banyak lagi pengalaman di Tokyo tapi yang penting dan layak di ceriatin cuma itu aja dulu. Beda kota beda budaya memang betul sih kalau di Jepang, walaupun orangnya keliatan sibuk dan buru-buru mereka helpfull banget dan baik kasi petunjuk walaupun kendala bahasa, lain sama orang HK yang jutek dan seenaknya kalo kasi petunjuk. Selain itu jalan-jalan ke Tokyo emang mahal terutama transport n makanannya tapi itu bisa disiasasi dengan cari alternatif moda transportasi lain yang ada, kalo masalah makanan ya kaya saya itu beli nasi kepal di 711 (yang penting nasi khan?), sushi setn juga ada dengan harga terjangkau atau beli di supermarket menjelang jam 8 (dijamin diskon untuk makanannya) kalo oleh-oleh kaya kaos, gantungan kunci ya gitu gak ada yang murah alias mahal semua. Untuk kartu kredit pengalaman saya gak banyak sih toko yang nerima kartu kredit gak tau napa org jepang ga suka pake CC). Yang bikin makin sulit juga masalah kendala bahasa, jarang ada orang Jepang yang bisa bahasa inggris dan informasi-informasi dalam bahasa kanji.

Ohh iya satu lagi cerita yang penting harus disampaikan, waktu pulang di NARITA pengamanannya naudzubillah min dzalik, bis masuk bandara aja lgs penumpangnya dicek satu-satu passport dan tiketnya. kalo ga bawa silakan turun. Trus mau lewat checkin counter di imigrasi diperiksa ketat banget, sabuk suru lepas, bahkan saya harus lepas sepatu catterpilar saya (disangka bawa RDX kali ya hi hi hi) trus di scan ulang saya di scan dan sepatu saya di scan juga. Pokoknya teliti banget.

Begitulah sekelumit petualangan saya di Jepang, kalo disuru kesana lagi saya gak mau kecuali kalo kesananya di undang ma Miyabi.........................................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar