Horison

Horison

Kamis, 05 April 2012

Jalan-jalan ke Negeri Singa part 1

Ni sepertinya orang Indonesia demam perjalanan ke luar negeri terutama untuk keperluan belanja dengan tujuan utama negara tetangga kita yakni Singapur. Bahkan ada cerita karikatur dengan tema Singapur dari karikaturis koran kompas dan diterbitkan dalam bentuk buku. Intinya Singapur adalah negara utama jujugan untuk wisatawan yang pertama kali keluar negeri dan punya keinginan kuat untuk belanja he he he. BTW saya nulis ini bukan berarti pertama kali saya keluar negeri nya ke Singapura loh ya tapi boleh nyombong pertama kali saya ke luar negeri tu ke Hong Kong (sorry ya prend). Makanya saya tertarik membahas fenomena ini karena banyak teman-teman saya kok senengnya dan semangat banget ke negara yang bernama Singapura

Saya pertama kali ke singapura tuh tahun 2008 karena dapat fasilitas, selama 5 hari dan kebetulan  saya menginap di Mandarin Oriental Hotel di Marina Bay, pada tahun tersebut Marina Bay dalam proses pembangunan sehingga kondisi sekitar hotel agak berantakan. Mengingat saya ini low budget tourist so senjata utama saya selama di Singapur adalah peta singapur serta MTR nya serta buku kecil panduan wisata dari hotel. Ohh iya kalau anda wisatawan bermodal kantong tebal pastinya keliling disertai guide di bis ber AC dan berhenti di toko-toko untuk belanja. Tapi berhubung saya tourist bonek (bondho nekat) sekaligus low budget maka senjata utama saya cuma peta jalur mtr, peta singapur dan buku kecil panduan wisata dari hotel (maklum dulu belum kenal lonely planet dan gps he he he).

Beruntung sekali hotel Mandarin Oriental berdekatan dengan stasiun interchange City Hall sehingga menuju stasiun MTR cukup berjalan kl 5 menit saja. Berbekal pengalaman naik MTR di Hong Kong, ternyata system yang dipakai sama persis termasuk pengisian ulang EZ link dan cara membaca peta jalurnya. Lucky Me he he he he. Sebagai informasi bagi yang belum tau EZ Link, EZ Link adalah kartu pintar yang bersisi informasi (bisa data diri, saldo uang dll) tergantung keperluan yang fungsinya hampir sama dengan ATM, hanya saja EZ link cukup ditempelkan saja di receiver. Fungsinya ya itu untuk keluar masuk stasiun maupun bis bahkan membayar barang-barang di toko n MC D dengan memperhitungkan deposit di dalam kartu itu. Sederhananya kaya Flash BCA deh.

Nah City Hall MTR Station ini sangat unik karena dibawah tanah  namun seperti mall karena dilengkapi dengan berbagai macam toko seperti toko roti, toko buku, restoran dll sehingga bisa dibuat cuci mata. Hal ini membuat backpacker seperti saya merasa seperti di surga karena harus berjalan jauh tanpa merasa kepanasan dan bisa cuci mata. Dengan posisi exit yang beranekaragam yakni di Suntec city, raffles dan esplanade mempermudah kita yang suka jalan tapi gak suka panas-panasan dan keringet, jadi sekali keluar ke salah satu exit sudah sampe ke tujuan wisata atau pusat perbelanjaan tanpa susah-susah berpanas-panas ria d trotor jalan. Berhubung saya tinggal cukup lama di singapur yakni 5 hari maka hari pertama saya gunakan untuk berkeliling menggunakan MTR sekaligus belajar berpindah MTR di stasiun2 interchange nya dan sight seeing di area pemusatan orang indonesia di Singapur yakni Orchard Road he he he he. Kenapa begitu karena disini saya menemui banyak orang indonesia apalagi orang surabaya. Berhubung saya tidak suka belanja ya cuma duduk-duduk saja sama masuk dari mall ke mall yang lain sama melihat harga-harga barang yang menurut saya murah sedikit timbang di surabaya. Point of interest saya di Orchard cuma satu yakni toko buku kinokuniya yang luasnya naudzubillan min dzalik! 3 lantai penuh buku! benar-benar surga buat pencinta buku. Capek berkeliling di orchard maka saya beristirahat makan siang di restoran jepang favorite yakni yoshinoya dengan menu nasi dan daging sapinya. Sedap dan sesuai budget alias gak mahal he he he.

Melanjutkan perjalanan keliling orchard sampe kaki gempor sekaligus melihat-lihat betapa pemerintah singapura berusaha memanusiakan pejalan kaki di kota megapolitan. Jalur pejalan kaki yang lebar, taman-taman kecil disiapkan serta penyeberangan jalan yang memanusiakan penyandang cacat.Alias benar-benar menjadi surga pejalan kaki. Ni nilai positif kedua yang saya temui di singapur setelah sarana transportasinya. Tak terasa hari sudah sore sekitar jam 5 tapi langit masih terang benderang karena sudah capek maka sementara petualangan hari ini saya sudahi dulu dengan pulang ke hotel, sebelumnya dengan mampir ke the merlion yang kebetulan terletak dibelakang hotel, duduk menikmati udara sore dipinggir the river of singapore. Sampe tidak terasa waktu menunjukkan jam 6.30.

Keesokan harinya saya berencana ke daerah timur Singapura yakni daerah jurong karena di buku panduan `da atraksi yang cukup terkenal yakni jurong bird park. Berbekal sebotol air mineral dan roti untuk makan pagi (melas banget ya) dan dandan ala backpaker sepatu boot buat jalan, celana kargo, topi dan tas ransel saya siap berpetualang. Perjalanan full menggunakan MTR dari west rail alias jalur merah dari Citi Hall ganti di Interchange di Dhobi Ghout naik jalur hijau alias east rail sampe ke Boon Lay yang melewati beberapa stasiun pemberhentian. Pejalanan sampe ke Boon Lay sendiri memakan waktu kl 1 jam dengan kondisi MTR yang relatif sepi dan bebas orang indonesia (kec para pejuan devisa tentunya) sampai ke Boon Lay langsung keluar mencari terminal bis untuk naik bis ke arah Jurong Bird Park. Terminal yang ada waktu itu masih berupa terminal kecil dengan jalur antri dari pipa besi. Setelah nunggu kl 10 menit sesuai jadwal yang tertera di buku petunjuk maupun di terminal itu bis menuju jurong pun tiba. Jarak yang ditempuh relatih dekat yakni tidak sampai 10 menit melewati jalan-jalan yang relatif sepi dan daerah industri.

Akhirnya bis pun sampai di pemberhentian yang di depan jurong bird park. Cuaca panas tapi tidak sepanas Surabaya. Masuk ke dalam jurong bird membayar karcis saya lupa berapa harganya saat itu yang pertama-tama menyambut adalah toko souvenir! he he he karena harganya tidak bersahabat dengan kantong maka saya berkeliling taman burung ini. Kesan pertama yang saya tangkap adalah penataan wahana dan binatang yang dibuat semenarik mungkin dimana kita cukup berjalan melingkar sudah bisa melihat keseluruhan wahana, apalagi keberishannya jangan ditanya. Tidak ada bau kotoran binatang sama sekali berbeda dengan kebun binatang surabaya yang baunya amboooyyy bikin hidung buntu. Dan koleksinya juga lengkap termasuk didalamnya ada pinguin. So sapa yang belum pernah liat pinguin buruan kesini. Puas melihat-lihat akhirnya saya duduk sama ngeliatin flaminggo yang lagi bergaya di kolam karena banyak pohon maka jurong tidak terasa panas malah sejuk dengan angin sepoi-sepoi. Untuk melepas dahaga biarpun sudah membawa minuman sendiri tetapi mata saya celingukan mencari keajaiban abad 20 yakni vending machine! Saya suka sekali membeli di vending machine  tidak tau kenapa kalo ketemu vending machine so excited. Ternyata di dekat situ ada vending machine minuman ringan jebetulan sekali nih dengan memasukkan 1.5 sgd lumayan mahal tapi sensasi nya donk he he he he. Puas berkeliling dan menikmati vending machine saya melanjutkan perjalanan kembali ke peradaban alias balik ke kota. Dengan jalur dan moda transportasi yang sama saya bergerak kembali ke orchard. Catatan naik apapun gak bakal kesasar karena baliknya ke arah yang sama so let's get lost traveller he he he.

Setelah makan siang di Burger Kings petualangan saya lanjutkan ke Chinatown dengan menyusuri jalan mulai orchard, trus clarke quai kesasar sana kesasar sini, nyusurin sungai naik lift nyebrangin jalan mblusuk taman-taman, gang-gang tau-tau udah di China Town he he he inilah asiknya backpacker bisa blusukan kemana-mana liat keunikan budaya singapura. Makanan apa yang digemari, trus toko-toko khasnya disuatu daerah, bau-bauan apa d daerah itu (makanan, kue-kue dll) itu pasti tidak bisa kita nikmati bila kita bepergian dengan guide atau bis pariwisata. Di Chinatown berbagai macam toko obat-obatan herbal tradisionil, toko makan, restauran khas dll disana yang saya beli cuma tiger balm buat oleh-oleh. Katanya sih khas nya singapur tapi what the hell yang penting ibu saya suka bau nya. Menariknya china town kawasan ini benar-benar dilestarikan untuk budaya China dengan bagunan dengana rutektur Cina tempo doloe, toko-toko dan restoran khasnya.

Puas berjalan di sekitar chinan town masih saya lanjutkan dengan berjalan kaki ke arah yang berlawanan yakni little india. Sama-sama kawasan budaya tetapi ini kawasan budaya india dengan pusat perbelanjaan yang terkenal karena harga murahnya yakni Mustafa Center. Kali ini saya melewatkan mustafa center karena saya turis backpaker bukan shopper he he he berjaln di little india seperti berjalan di India beneran soalnya semua nya seperti india, toko-toko, suasana dan sepertinya yang disana orang india semua. (orang indonnya di dalam mustafa center soalnya hi hi hi) Berjalan berkeliling Little India sangat menarik karena bisa melihat budaya india tanpa jauh-jauh harus ke India, mulai dari tempat beribadatnya yang unik dan mudah dikenali karena arsitekturnya yang khas yakni gerbang berundak diatasnya dihiasa dengan banyak patung kecil. Sayang untuk masuk kedalam untuk berfoto kita harus melepas sepatu dan harus membayar.

Pada perjalanan pulang karena lapar berat karena seharian hanya di ganjal roti maka saya memutuskan mampir di food court di sun tec city. Food court harganya masih cukup bersahabat dengan kantong walaupun jangan di bandingkan dengan kaki lima di surabaya. Namanya unik yakni Food Republic sepertinya waralaba karena di Hong Kong juga ada Food Republic, tapi whatever lah yang penting ni perut udah krucuk-krucuk minta diisi nasi. Ternyata namanya food court ya sama kayak di mall-mall di indonesia namun anekargamnya lebih banyak mulai dr seafood, japannese, india, sampe dengan nasi padang! iya nasi padang! Karena sudah lapar saya langsung main aman tidak berusaha memilih-milih lagi karena begitu banyak pilihan. Nasi padang yang menurut saya aman, pas saya datangi gerai nasi padang lagsung disapa dengan bahasa melayu : nak pesan apa adik? oleh ibu-ibu paruh baya yang melayani penjualan. Lumayan nih pake bahasa melayu jadi gak usah cas cis cus mesen pake bahasa inggris. jangan-jangan kalo pake bahasa inggris saya yang gak karuan pesen ayam jadinya rendang he he he. Akhirnya nasi padang dengan lauk ayam di tangan ditemani jus apel total dengan harga 7.5 sgd atau kurang lebih Rp. 35.000,- ya mahal dikit tapi yang penting nasi.
Sehabis makan saya mencoba berkeliling di suntec city mall melihat-lihat sekaligus menikmati fountain of wealth yakni air terjun buatan yang dibuat seperti telapak tangan manusia. Uniknya air terjun ini bisa menari dan berwarna warni dan permainan laser. Informasinya sih ni air terjun masuk ke Guinnes Book World Of Record pada tahun 1998 sebagai air tejun buatan terbesar. Menurut plakat yang tertera kenapa di sebut Fountain of Wealth dikarenakan air merupakan simbol kekayaan bag budaya cina. Oleh sebab itu saya mencoba melihat dari jarak dekat sapa tau kecipratan jadi kaya ha ha ha ha. Yang pasti bagus di waktu malam deh. Dan ini menjadi jujugan wisatawan kalo ke singapur alias yang pertama di kunjungi kalo ke sini.

Keesokan pagi saya memilih pergi ke kampun melayu/ kampung glam dimana budaya islam berkembang di Singapura. Sama seperti china town maupun little india kampong glam dibuat sesuai budaya yang berkembang disana yakni melayu islam dengan bangunan-bangunan bernuansa melayu dan mesjid Sultan. Menarik sekali berjalan-jalan sepanjang jalur pejalan kaki dsana karena banyak toko cenderamata dengan nuansa islami. Puas berkeliling di kampung glam saya melanjutkan perjalanan menuju bugis. Menurut buku panduan di Bugis Junction ini ada flea market yang menjual beraneka ragam barang alias hampir sama dengan ladies market Hong Kong. Sampai di Bugis saya menyempatkan makan siang lagi-lagi di fast food lagi yakni di Burger King. Kenyang saya melanjutkan berjalan melihat-lihat flea market disana yang menjual beranekaragam barang mulai baju sampai barang-barang aneh lainnya. Disana saya cuma membeli strawberry yang ukurannya besar2 karena keliatan enak di udara yang panas. Duduk duduk menikmati suasana di taman di sekitar bugis melihat orang-orang lalu lalang lumayan membunuh waktu. Sayang tidak ada teman mengobrol sehingga terasa membosankan.  Mengingat matahari makin tinggi maka saya melanjutkan perjalanan ke Dhobi Ghout MRT station untuk selanjutnya menuju fort canning park. Menurut buku panduan Fort Canning park merupakan benteng pertahanan kolonial inggris sampai dengan perang dunia II.

Adapun lokasi Fort Canning Hill ini sendiri tidak jauh dari orchard alias terletak di tengah-tengah business district sehingga cukup bdrjalan kaki dari orchard maupun Dhobi Ghout MRT sta. Disana sendiri seperti kebun raya banyak pohon-pohonan, taman serta bangunan-bangunan sisa benteng pertahanan inggris. Masih ada meriam ukuran jumbo yang diarahkan ke laut dan diorama-diorama yang menggambarkan kondisi saat ini. Tidak ketinggalan museum sejarah singapura sampai dengan PD II yang dilengkapi bisokop kecil untuk menonton film sejarah. Semuanya dalam kondisi terawat dan bersih, salut sekali sama orang Singapur yang  tetap menghargai sejarah nya walaupun di bawah jajahan inggris. Saat ini fort canning digunakan sebagai cagar budaya dan water reservoir. Puas berjalan-jalan di fort canning, dalam perjalanan pulang menjelang malam saya lanjutkan ke Clarke Quay yang merupakan sentra kehidupan malam di Singapura terletak di pinggir sungai dimana banyak restoran, cafe, pub dan bar di tempat terbuka. Makin malam makin ramai, harga yang ditawarkan relatif murah. So saya mampir ke salah satu cafe yang berada tepat di pinggir sungai dan memesan segelas bir dingin untuk menghilangkan haus. Sedaaaappp. Tak terasa besok hari terakhir bisa menjelajah singapur maka saya membuka peta dan buku panduan. Ternyata ada yang belum saya kunjungi yakni Sentosa Island.

Keesokan harinya setelah beristirahat cukup saya berencana ke Sentosa Island dengan menggunakan MTR berangkat dari City Hall ganti kereta di Dhobi Ghout langsung menuju Harbor Front. Kl 45 menit sampai di bawah mall harbour front. Nanya sana sini akhirnya kalau mau ke Sentosa Island ada dua cara yakni naik cable cart alias kereta gantung dari Harbour front atau naik bis dari belakang mall langsung ke sentosa island dan Gratis..tis..tis, namun saya memilih cable cart untuk menikmati sentosa yang terkenal indah dari ketinggian. Saya pilih yang lantai bawahnya tembus pandang jadi bisa melihat ke bawah he he he sekalian uji adrenaline. Diketinggian nampak kapal ferry dari Batam merapat kepelabuhan dan juga bisa melihat pulau batam. Sangat tandus dengan dan tidak teratur hi hi hi hi.
Di Sentosa Island sendiri terdapat berbagai wahana hiburan termasuk didalamnya patung merlion berukuran besar, ocean park, fort siloso park dan pantai-pantai buatan yang bagus. Konon pasir nya dari Indonesia loh he he he. Ni namanya bener-bener turis kere cuma keliling-liling doang soalnya tiket masuk ocean park selangit, sewa sepeda juga mahal maka ya terpaksa jalan kaki keliling tu sentosa. Paling menarik adalah benteng fort siloso merupakan benteng pertahanan menahan invasi jepang dari laut pada PD II padahal ternyata jepang datang dari semenanjung melayu! Benteng yang ada masih utuh dan kubu-kubu pertahanan juga masih utuh termasuk meriam-meriamnya juga masih utuh. Selanjutnya yang saya lakukan bermain air di pantai sentosa sambil menunggu sunset. Tak terasa besok sudah harus kembali ke Surabaya setelah berkeliling Singapura selama hampir seminggu.

Satu kepuasan saya selama ini adalah keliling singapur dengan berjalan kaki dan moda transportasi bis dan MRT sehingga saya hapal seluk beluk Singapur. So lain kali saya kesini lagi dengan mata ditutup juga bisa nyampe he he he. Goodbye Singapur, next time i'll be back.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar